Di depan massa segelintir, untuk memelintir isu Rohingya, dan muka kusut para pentolan gerakan Islam radikal, dan juga politikus semprul seperti Amien Rais dan Prabowo, FPI minta dikirim ke Myanmar. Luar biasa. Dengan gaya orasi kuno bersemangat ala Wahabi, maka Muhamad Sobri berteriak tak karuan seperti orang yang mabuk euphoria massa, meminta dipersenjatai.
Lecehkan TNI
Kata Sobri: “Polisi dan TNI, kalau tidak diizinkan Pak Jokowi, serahkan senjata pada kami, kami siap bergabung ke sana (Myanmar). (Yang siap gabung yang pakai seragam putih dengan gambar bintang di pundak segala, wkwkwkw. Lihat gambar feature di atas sambil ngakak! Tapi tunggu dulu, urgensinya!)
Lebih lanjut Muhammad Sobri berteriak lantang. Yang disuruh melatih oleh FPI ya jelas si bekas pecatan tentara, Prabowo. Ini yang keluar dari mulut bocornya seperti Prabowo dan Amien Rais.
“Di sini ada Prabowo mantan Jenderal. Pak, latih kami berangkat ke sana, karena kita sudah minta TNI dan polisi kita menjaga perdamaian di sana tapi tak ada tindakan,” kata Sobri. Kini, FPI dan kelompok Islam radikal semakin berani meminta TNI membantu mereka. Berbahaya.
Nah, Prabowo pun cengar-cengir mendengar ketololan Muhammad Sobri yang meminta pelatihan darinya. Prabowo tentu ingat nasionalisme melawan PKI. Prabowo mungkin paham bahwa angkatan kelima yakni sipil bersenjata tidak dikenal di Indonesia. Amien Rais yang tak paham apapun selain nafsu ngawur dan mencla-mencle kelihatan senang mendengar orasi tolol Sobri.
Sikap FPI ini adalah sikap asli para anggota FPI yang selalu berteriak-teriak revolusi dan sebagainya. FPI benar-benar melecehkan TNI. Betapa tidak mereka dikatai tidak mampu dan FPI akan mengambil alih tugas TNI.
Permintaan Sekjen FPI Muhammad Sobri yang hendak menggantikan peran TNI juga sangat merendahkan kemampuan TNI. Seolah TNI telah tunduk di bawah kaki dan diperintah seenaknya oleh FPI – dangan perasaan besar kepala didukung oleh pecatan TNI Prabowo.
Angkatan Kelima PKI
Sikap FPI terbuka minta dipersenjatai untuk berjuang menjadi teroris di Rohingya ini diwaspadai oleh TNI dan Polri. Tindakan FPI minta dipersenjatai ini merupakan sikap yang mengingatkan Angkatan Kelima yang diminta oleh PKI.
Dalam gejolak politik yang sangat keras di sekitar tahun 1960-an, PKI sebagai gerakan politik dengan massa yang sering berteriak-teriak di semua lini kehidupan politik mengusulkan kepada Bung Karno untuk memersenjatai kelompok kiri PKI dengan istilah Angkatan Kelima.
PKI memiliki agenda tersembunyi dengan menggalang kampanye, agitasi, propaganda, demo, yang mengarah pada penggalangan massa. Bahkan Bung Karno pun ditekan dan dikecilkan perannya sebagai Pemimpin Besar Revolusi. PKI pun meminta angkatan kelima di depan massa, dengan pamer kekuatan sebagai partai terbesar ketiga setelah Uni Soviet dan PKC.
Akibat permintaan PKI yang berbahaya ini jelas para jenderal TNI menolak permintaan konyol tersebut. TNI pun paham agenda tersembunyi PKI untuk berkuasa. PKI berencana menggunakan persenjataan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara komunis dengan poros hebat: Jakarta-Beijing-Moskwa, dan Jakarta-Beijing-Pyongyang. (Pun setelah Vietnam jelas cenderung jatuh ke tangan komunis.)
Putra mahkota calon pengganti Bung Karno, jenderal gemilang Jenderal Ahmad Yani, dan semua jenderal menolak permintaan Dipa Nusantara Aidit dan CC PKI (Central Committee Partai Komunis Indonesia).
Bung Karno sebagai seorang demokrat dan Pancasialis pun terpojok. Di satu sisi PKI begitu kuat, di sisi lain TNI adalah kekuatan nyata rakyat dan angkatan perang yang bersatu. Itu sejarah matra TNI yang tak pernah berubah.
Dalam kondisi seperti itu, konstelasi politik internasional yang terpecah Blok Timur dan Blok Barat, membuat CIA bermain. Kolonel Untung menjadi kartu mati strategis antara PKI dengan tokoh terhebat dalam sejarah Indonesia terkait strategi sunyi, yang kelak akan menjadi, eyang saya Presiden Soeharto.
Di tengah kepentingan dahsyat perang proxy alias proxy warfare cerdas tersebut, PKI menjadi space goat (kambing yang dipersalahkan dan dibuang ke luar angkasa) dan scape goat (alias kambing hitam). Kolonel Untung dibinasakan setelah tugasnya selesai. DN Aidit dan para Jenderal Angkatan Darat menjadi korban kecerdasan perang proxy dan dibinasakan secara keji.
Tak hanya mereka. Bung Karno yang meragu karena tidak ingin perang sipil pun secara elegan mundur. Bung Karno tidak banyak berbicara karena sentiment yang telah dibangun antara PKI dan isu agama, atheist, komunis, jelas akan lebih menumpahkan darah. Pun kekuatan internal TNI harus disatukan demi tegaknya Revolusi Indonesia.
Maka secara sunyi, Bung Karno mundur dari politik Indonesia, yang menghasilkan naiknya diktator 32 tahun, eyang saya Presiden Soeharto. Kasus G 30 S PKI muncul akibat antara lain permintaan senjata angkatan kelima PKI. Yang TNI menolak.
TNI Tolak Permintaan FPI
TNI dan Presiden Jokowi pasti akan menolak permintaan FPI ini. Sejarah panjang kelam tentang angkatan kelima yang hendak dihidupkan oleh FPI – yang biasanya berteriak anti PKI dan selalu menghembuskan isu gorengan PKI – harus ditolak.
Selain itu, pelatihan militer oleh TNI tidak akan pernah dilakukan dan diberikan kepada FPI– meskipun pada euphoria pemetaan 212 ada pelatihan salah kaprah. Kalangan Islam radikal memang sudah masuk ke berbagai lembaga. Juga ideologi Islam radikal telah masuk ke kampus-kampus di Indonesia sejak 30-40 tahun belakangan.
Maka sebenarnya permintaan FPI untuk minta dipersenjatai memberikan gambaran kekuatan Islam radikal di Indonesia. Mereka mendompleng masuk ke dalam dan menggunakan partai politik sebagai alat masuk pelatihan militer dan senjata. Waspada adalah kata yang harus disematkan atas permintaan FPI itu.
Indonesia tidak boleh mengulangi sejarah kelam G 30 S PKI yang diawali oleh permintaan angkatan kelima yang kemudian dijadikan dalih bermain dalam proxy warfare terhebat dalam sejarah di dunia.
PKI meminta angkatan kelima rakyat dipersenjatai sebagai dalih untuk memertahankan NKRI dan membela Indonesia, namun sebenarnya kedoknya untuk memberontak dan menjadikan Indonesia sebagai negara komunis.
Kini, FPI meminta senjata dan pelatihan militer dengan dalih untuk membantu Myanmar, atau Rohingya yang teraniaya. Namun faktanya dengan senjata dan pelatihan itu FPI tidak akan bisa masuk Myanmar. Lalu untuk apa senjata dan pelatihan militer itu kalau bukan untuk rencana jahat tersembunyi yang selalu dikoarkan: revolusi kesiangan dan koaran syariat Islam dan khilafah?
Pun mereka mengendarai parpol seperti PAN, partai agama PKS, Demokrat, dan Gerindra secara simbiosis mulualisma, seperti tergambar dalam dukungan mereka terhadap Anies di Pilkada DKI 2017.
Terlebih lagi FPI mengedepankan isu-isu RAISA dan PKI – justru yang ditiupkan mengingatkan strategi masa lalu, yang kini malah membuka kedok sesungguhnya: minta dipersenjatai dan latihan militer ala angkatan kelima yang diminta oleh PKI.
Terdapat perbedaan antara angkatan kelima ala PKI dengan permintaan pelatihan dan persenjataan versi FPI. Angkatan kelima versi PKI yang dipersenjatai adalah buruh dan tani, sementara angkatan kelima ala FPI adalah elemen Islam garis keras dan Islam radikal serta ingin menyeret para parpol pendukung. Permintaan FPI ini sangat berbahaya bagi NKRI jika dipenuhi.
Maka kewaspadaan tingkat tinggi harus diterapkan. Indonesia kini dengan TNI,Polri, Presiden Jokowi, BIN dan rakyat serta kaum Bumi bulat, harus mewaspadai gerakan FPI dan Islam radikal. Sekali lagi, meskipun didukung oleh siapapun termasuk Amien Rais atau Prabowo sekalipun, tolak permintaan FPI itu. Salam bahagia ala saya.
SEWORD
0 Komentar