Menghitung Gaji 'Anak Nongkrong' Millenials untuk Beli Rumah



Menghitung Gaji 'Anak Nongkrong' Millenials untuk Beli Hunian
Kredibel Times -- Sejumlah riset melansir sedikitnya 83 persen generasi millenial yang berpenghasilan rata-rata Rp7,5 juta per bulan tidak akan mampu memiliki rumah di Jakarta sampai kapan pun. Sementara, sekitar 17 persen sisanya hanya mampu membeli rumah bekas senilai Rp300 juta.

Hal ini dikarenakan harga properti makin melambung tiap tahunnya. Diperkirakan, peningkatan harga rumah dalam lima tahun ke depan mencapai 150 persen. Padahal, kenaikan pendapatan cuma 60 persen dalam periode yang sama.

Perencana Keuangan Tejasari Assad mengungkapkan, generasi millenial menyukai gaya hidup nongkrong atau duduk-duduk santai bersama teman-teman di kafe.
Gaya hidup ini menguras kantong, apalagi jika dilakukan cukup sering. Makanya, membuat perencanaan keuangan untuk memiliki hunian setelah satu atau dua tahun bekerja menjadi patut dilakukan.

"Millenials ini penting untuk mulai mencicil hunian daripada hanya 'nongkrong'. Kalau mulai mencicil, mereka secara tidak langsung menekan dirinya untuk punya hunian," ujar Tejasari kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (19/8).

Namun, hunian seperti apa yang perlu dipilih generasi millenial?

Tejasari bilang, dalam memilih hunian tentu generasi milenial perlu menilai dari sisi kegunaan, apakah untuk ditinggali atau investasi. Kalau berniat untuk ditinggali, tentu hunian tidak cuma harus nyaman, tetapi juga memiliki akses transportasi yang baik. Misalnya, dekat dengan kawasan perkantoran tempat bekerja atau mudah dicapai oleh transportasi umum.

"Kalau bekerja di kawasan Sudirman, Jakarta, tentu maunya hunian yang dekat ke kantor. Itu bisa pilih apartemen. Karena harga perumahan di pusat kota terlalu tinggi," terang dia.
Sementara, kalau hunian yang diinginkan merupakan jenis rumah tapak, generasi millenial bisa memilih kawasan yang dekat dengan stasiun commuterline (KRL) atau dekat halte Transjakarta yang mengarah langsung ke kawasan perkantoran.

Namun, hunian tersebut lebih banyak di kawasan pinggiran Ibukota DKI Jakarta, seperti Bogor, Tangerang, Cibubur, Depok, dan Bekasi. Sebab, selain banyak perumahan baru yang dikelola pengembang, harganya juga lebih terjangkau untuk dicicil oleh generasi milenial.

Sisi Pengembangan Kawasan

Sebetulnya, hunian yang ditujukan untuk investasi pun memerlukan syarat serupa, dengan tambahan hunian investasi tersebut perlu dilihat dari sisi pengembangan kawasan di masa mendatang.

Bila kawasan kian prospektif di beberapa tahun mendatang, misalnya banyak pembangunan perkantoran, industri, perumahan, pusat perbelanjaan, sekolah, rumah sakit, hingga fasilitas lainnya, tentu harga jual investasi di masa depan bakal lebih tinggi.

Namun, perlu diingat, masih ada pembeda keuntungan dan kerugian dari pemilihan hunian rumah tapak dan apartemen. Yaitu, dari sisi nilai investasi, di mana imbal hasil apartemen berpotensi lebih rendah dibandingkan rumah tapak.
Menghitung Gaji Millenials untuk Membeli Hunian
Apartemen dianggap sebagai tempat tinggal para kalangan millenial. (CNN Indonesia/Dinda Audriene Muthmainah)
Selain itu, apartemen membutuhkan biaya lebih setiap bulannya untuk kebersihan, keamanan, parkir, dan lainnya. Walaupun, apartemen tersebut belum berpenghuni ketika siap huni. Keuntungannya, fasilitas yang disediakan tentu lebih lengkap ketimbang perumahan yang baru jadi.

Persoalannya, bagaimana cara membeli hunian tersebut?

Tejasari menyarankan, generasi milenial memanfaatkan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) melalui jasa perbankan.

"Mungkin lebih banyak keuntungan dari beli rumah tapak. Sebab, banyak pengembang perumahan baru yang sudah bekerja sama dengan bank untuk beri simulasi KPR," tutur Tejasari.

Setelah memutuskan untuk memiliki jenis hunian vertikal atau rumah tapak, kini saatnya Anda berhitung atau menabung untuk pembayaran uang mukaatau down payment. DP ini bervariasi, sehingga bisa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

"Kalau punya uang lebih, DP bisa lebih besar, maka cicilan bisa lebih kecil atau periode cicilan bisa ditambah lebih panjang. Sehingga, cicilan bulanan semakin kecil," imbuh Tejasari.

Misal, millenial bergaji Rp5 juta sampai Rp7 juta per bulan.

Maka, gaji yang bisa disisihkan untuk membayar cicilan hunian sebesar 30 persen dari gaji, yaitu Rp1,66 juta sampai Rp2,33 juta per bulan. Sehingga, milenial tinggal menyesuaikan dengan perhitungan cicilan berikut.

Taruhlah, harga hunian yang diinginkan senilai Rp300 juta dan DP standar sebesar 20 persen, maka sebanyak Rp60 juta perlu dibayarkan sejak awal pembelian hunian.

Sedangkan sisanya sebesar Rp240 juta dibayar dengan cicilan.

Kemudian, anggaplah bunga standar sebesar 10 persen per tahun dan periode mencicil selama 20 tahun, maka biaya cicilan sebesar Rp2,31 juta. Artinya, cicilan masih masuk dengan kemampuan mencicil bagi milenial yang berpenghasilan sampai Rp7 juta.

Sedangkan untuk yang berpenghasilan Rp5 juta per bulan, dapat melakukan tiga hal, yakni mencari hunian dengan harga yang lebih rendah, memperpanjang periode cicilan, misalnya sampai 25 tahun atau memperbesar DP.

Simulasi Pembelian

Berikut simulasinya. Misal, harga hunian Rp200 juta dan DP 20 persen, maka pembayaran awal mencapai Rp40 juta. Sedangkan sisanya Rp160 juta dicicil dengan bunga 10 persen per tahun dan periode cicilan 20 tahun, maka cicilan per bulan sebesar Rp1,54 juta.

Simulasi kedua, dengan harga hunian Rp200 juta dan DP 20 persen, sehingga sisa cicilan Rp160 juta. Lalu, bunga 10 persen, namun periode cicilan 25 tahun, maka cicilan per bulan sebesar Rp1,45 juta.
Menghitung Gaji Millenials untuk Membeli Hunian
Investor dinilai perlu memperhatikan bunga Kredit Perumahan Rakyat sebelum membeli hunian. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Namun, cicilan bisa lebih murah dengan memperbesar DP. Contohnya, harga hunian Rp200 juta, DP menjadi 30 persen atau Rp60 juta, sehingga tersisa Rp140 juta yang perlu dicicil. Lalu, bunga 10 persen dan periode cicil 20 tahun, maka cicilan per bulan hanya Rp1,35 juta.

Ketiga skema tersebut masih masuk untuk kantong millenials berpenghasilan Rp5 juta per bulan dengan kesanggupan cicilan Rp1,66 juta per bulan.

Sementara itu, Perencana Keuangan Prita Hapsari Ghozie mengatakan, investor juga perlu memperhatikan bunga KPR, apakah fix (tetap) untuk sekian tahun dan penyesuaian dengan pengambilan cicilan lainnya, misalnya cicilan kendaraan, barang elektronik, hingga furnitur rumah.
"Cicilan bulanan KPR itu maksimal 30 persen dari penghasilan. Syaratnya, tidak ada cicilan lain, misalnya gadget dan lainnya," kata Prita.

Pasalnya, pengambilan cicilan lain yang dilakukan pemohon kredit atau pembiayaan KPR akan memengaruhi pemberian cicilan dari perbankan, karena mempertimbangkan kemampuan pembayaran di masa depan.

Misal, bila kemampuan cicilan 30 persen hanya Rp2,33 juta per bulan, namun pengaju KPR tengah mencicil elektronik dengan harga Rp500 ribu per bulan, maka kemampuan mencicilnya dianggap hanya tinggal Rp1,83 juta per bulan.

Nah, jadi kapan millenials mau mulai membeli hunian?



Previous
Next Post »
0 Komentar