Muslim di Prancis didemo karena salat Jumat di jalan

Dilansir dari laman BBC, Sabtu (11/11), peristiwa itu terjadi kemarin. Sekitar seratus politikus dewan perwakilan daerah dan kanselir sayap kanan dari Partai Republik dan Partai UDI setempat menggeruduk 200 jemaah sedang melaksanakan salat Jumat di jalanan di pinggiran Ibu Kota Paris itu. Para pengunjuk rasa sebagian besar mengenakan selendang tiga warna melambangkan bendera Prancis.

Mereka mengganggu umat Islam sedang salat Jumat dengan berdiri di depan jemaah sambil menyanyikan lagu kebangsaan. Polisi membikin pagar betis buat memisahkan kedua belah pihak, tetapi ada beberapa orang berhasil menembusnya.

Para pengunjuk rasa beralasan umat Islam setempat yang menggelar salat Jumat di jalan mengganggu ketertiban dan kepentingan umum. Apalagi, lanjut mereka, Prancis adalah negara sekuler.

"Jalan umum tidak bisa diambil alih dengan cara seperti ini," kata Presiden Majelis Wilayah Paris, Valerie Pecresse.

Wali Kota Clichy dari faksi sayap kanan, Remi Muzeau, meminta Kementerian Dalam Negeri Prancis membikin aturan melarang salat di jalan. "Saya bertanggung jawab atas ketenangan dan kebebasan semua penduduk di kota saya pimpin," kata Remi.


Salah satu jemaah salat Jumat, Abdelkader, mengatakan mereka sebenarnya juga tidak mau menggelar ibadah di jalan raya. Dia mengaku merasa tidak nyaman. Namun, dia dan umat Islam lainnya terpaksa karena tidak tersedia masjid mampu menampung mereka.

Meski demikian, Abdelkader tidak terima dengan unjuk rasa dilakukan saat salat Jumat. Sebab menurut dia hal itu mengganggu. Apalagi, dia merasa para pengunjuk rasa memperlakukan umat Islam secara diskriminatif, yakni dengan menyanyikan lagu kebangsaan dan seolah mereka bukan warga Prancis.

"Kami ini juga rakyat Prancis. Hidup Prancis!," kata Abdelkader. [ary]

Merdeka com
Previous
Next Post »
0 Komentar