150 Imigran Islam di Penjara Jerman Perlu Program Deradikalisasi

Penjara Jerman kewalahan mengatasi sejumlah ekstrimis Islam. Jumlahnya akan bertambah seiring dengan dimulainya berbagai proses terkait aksi teror dalam beberapa bulan terakhir.

Saat ini ada sekitar 150 esktrimis Islam berbahaya yang ditahan dalam penjara di seluruh Jerman, demikian data dari Kantor Polisi Federal Jerman, BKA, yang dirilis harian Jerman Die Welt hari Rabu (21/2). Mereka menjalani hukuman penjara atau berada dalam tahanan terkait tuduhan teror.

Die Welt mengatakan, ada juga beberapa orang yang ditahan, yang sebagai simpatisan atau pendukung Islam radikal. "Dalam beberapa tahun ke depan, kita harapkan adanya gelombang ekstremis di penjara-penjara kita," kata Menteri Kehakiman Jerman Hesse Eva Kühne-Hörmann (CDU).

Dia merujuk pada ratusan pengusutan terhadap kelompok Islam, yang saat ini sedang dilakukan di seluruh negeri, banyak di antaranya terkait para jihadis yang kembali ke Jerman dari Timur Tengah setelah bertempur bersama ISIS.

Penjara kewalahan

Menteri Kehakiman Eva Kühne-Hörmann memperingatkan, banyaknya jumlah jihadis di penjara Jerman "menimbulkan tantangan besar bagi upaya deradikalisasi dan pencegahan."
Dia mengatakan, jika lembaga penjara gagal membantu ekstremis yang terpidana untuk bergabung kembali ke dalam masyarakat, maka kondisinya jadi berbahaya. Karena itu berarti "melepaskan bekas anggota Islam radikal dan mereka yang tidak memiliki prospek kembali ke masyarakat."

Desember lalu, pihak berwenang Jerman mengakui bahwa mereka telah mengajukan lima kali lebih banyak kasus pengusutan teror pada tahun 2017 dibandingkan tahun sebelumnya. Sebanyak 1.200 penyeldikan dilajukan terkait aksi terorisme, dan lebih 80 persen dari kasus itu memiliki hubungan dengan Islam.

Mereka yang ditahan termasuk pengkhotbah radikal, perencana pembunuhan yang gagal dan orang-orang yang kembali dari pertempuran di Suriah dan Irak.

Harian Die Welt mengutip Asosiasi Petugas Penjara Jerman yang mengatakan bahwa jumlah tahanan Islam meningkatkan risiko keamanan bagi staf rumah tahanan. Mereka meminta staf mendapat pelatihan tambahan.

Di Perancis, para penjaga penjara bulan lalu melancarkan aksi mogok, mengeluhkan kekerasan di penjara-penjara yang terlalu penuh. Mereka melakukan protes setelah seorang militan Islam dari Jerman yang dipenjara di Perancis menyerang dan melukai tiga petugas penjara dengan pisau cukur dan pahat. Aparat keamanan mengatakan, tahanan itu bermaksud membunuh petugas penjara sebelum membunuh dirinya sendiri. (DW)
Previous
Next Post »
0 Komentar