Anies Segera "Geser" Warga Ciliwung

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memastikan pihaknya bakal melanjutkan program normalisasi Sungai Ciliwung. Sekarang ini pihaknya sudah berdialog kepada warga bukit duri dan Bidara Cina terkait pembebasan lahan. Anies menyatakan warga telah siap untuk digusur.

"Jadi rencananya kita akan secara bertahap melakukan proses pembicaraan dengan warga, jadi warga sudah secara prinsip setuju," kata Anies, di Jakarta, Rabu (7/2).

Anies menyebut, kelanjutan program normalisasi Ciliwung dengan naturalisasi Ciliwung. Sedangkan penggusuran diganti dengan istilah penggeseran. Langkah-langkah itu bakal dilaksanakan secara bertahap.

Setelah berdialog dengan warga pihaknya bakal melakukan pengukuran kembali sebelum mendapat appraisal dari pihak ketiga.

"Kita sudah bertemu dengan warga, ada bahkan dengan badan di PU yang mengurusi Ciliwung, dan itu minggu lalu kita rapat soal itu," ujar dia.

Menurut Anies, normalisasi merupakan solusi bukan hanya menekan potensi banjir tetapi untuk mengelola ekosistem sungai.

"Bagaimana sungai itu bisa mengelola air dengan baik. Bagaimana mengamankan air tidak melimpah, tapi juga ekosistem sungai dipertahankan," katanya.

Dalam kesempatan itu, Anies menyinggung banjir di Bidara Cina, salah satu lokasi yang menolak program sodetan Ciliwung, tedapat 2.700 jiwa yang terdampak banjir. Dari seluruhnya, sedikitnya 553 warga terpaksa mengungsi.

Sedikitnya, terdapat 55 lokasi pengungsian di wilayah Jakarta Selatan (Jaksel) dan Jakarta Timur (Jaktim) dengan total pengungsi sebanyak 11.824 jiwa dari 4.084 Kartu Keluarga (KK).

[post_ads]

Wilayah Jaksel meliputi tiga kecamatan, lima kelurahan, 11 RW dan 24 RT. Di wilayah Jaktim, yang terdampak banjir terdiri dari tiga kecamatan, enam kelurahan, 25 RW, dan 115 RT.

Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta menyiagakan 423 rumah pompa dan 133 mobil pompa. Pemprov juga membuka call center 112.

Dalam kesempatan berbeda, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi DKI Jakarta Saefullah menambahkan, pihaknya bakal terus memantau banjir karena informasi dari BMKG menyebut cuaca ekstrim bakal terus terjadi hingga 16 Februari 2018. Pemantauan bisa diperpanjang jika BMKG mengeluarkan info terbaru mengenai cuaca buruk.

Menurutnya, pengelolaan air di DKI sudah cukup baik. Hal itu terjadi karena adanya pembangunan yang menunjanh seperti normalisasi dan pembangunan sheet pile sekalipun belum 100 persen rampung.

Dia menegaskan, bantaran Sungai Ciliwung ke depannya harus bebas dari bangunan-bangunan liar. Sikap tersebut sejatinya tidak bisa ditawar lagi. Saefullah mengakui, DKI sudah terlambat mengambil langkah menormalisasi sungai.

"Jadi kita di Ciliwung ini sudah sangat telat. Jadi mudah-mudahan di 2018, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) terus menjalankan sheet pile-sheet pile ini. Kita, Pemprov kebagian untuk menyiapkan lahan, termasuk Sungai Pesanggrahan," jelasnya.

"Ya kita harus sampaikan, bapak ibu harus pindah. Ini sudah kita siapkan tempatnya itu. Tidak jauh dari sini, begitu. Kalau enggak mau, diajak terus pasti mau. Kan pendekatannya dengan hati," kata Saefullah. (Suara Pembaruan)

Previous
Next Post »
0 Komentar