Kronologi Longsor di Bandara Soetta dan Penyebab Karyawati GMF meninggal

Karyawati Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia, Dianti Dyah Ayu Cahyani Putri (24) meninggal di Rumah Sakit Mayapada, Tangerang setelah sempat bertahan selama belasan jam usai mobil Honda Brio miliknya tertimbun longsor di jalan Perimeter Selatan, Bandara Soekarno-Hatta.

Mobil Honda Brio bernomor polisi A 1567 AS itu melintas lokasi kejadian di Jalan Perimeter, Senin (5/2) sekitar pukul 17.00 WIB.

Dianti merupakan pegawai tetap GMF, sedangkan Mutmainah berstatus pegawai outsourcing.

"Jam kerja pukul 07.00-16.00 WIB," kata Insan.

Saat kejadian, kondisi sedang hujan. Dinding underpass roboh, dan langsung menimpa mobil keduanya.

VP Corporate Secretary PT GMF AeroAsia M. Arif Faisal menjelaskan, saat itu, mobil dikendarai oleh Dianti bersama rekannya Mutmainah Syamsuddin.

"Dikendarai oleh Dianti," kata Arif.

Selain tanah longsor, beton dinding underpass ambruk dan menimpa mobil mereka. Mobil tak dapat bergerak menghindari longsor, dan menutup mobil.

[post_ads]

Klakson mobil berbunyi saat kejadian. Petugas dan pengendara yang melintas langsung berupaya mengevakuasi kedua korban dari reruntuhan. Namun, karena tertimpa beton, proses evakuasi membutuhkan waktu.

Alat berat yang disiagakan juga tidak bisa digunakan secara maksimal. Petugas khawatir penggunaan alat berat jutru akan membuat bangunan underpass ambruk, dan membahayakan korban. Petugas memutuskan untuk menggunakan cangkul secara manual dan alat berat sesekali.

Proses evakuasi berlangsung sejak pukul 18.00 WIB hingga Selasa (6/2) pagi.

"Dianti sudah berhasil dievakuasi jam 03.00 dan dilarikan ke RSUD tangerang lalu dirujuk ke RS Mayapada," kata Arif.

Sedangkan Mutmainah, baru berhasil dievakuasi pukul 07.05 WIB. "Setelah 14 jam berada di lokasi untuk dibantu evaluasi dan telah dilarikan ke RS Siloam Karawaci," kata Arif.

Sejak pukul 03.00 WIB, Dianti menjalani perawatan di RSUD Kabupaten Tangerang. Namun, karena kondisinya semakin melemah, Dianti dibawa ke RS Mayapada.

Direktur RS Mayapada dr. Markus Waseso Suharyono menceritakan, sekitar pukul 05.00 WIB, tim RS Mayapada dihubungi oleh RSUD Tangerang.

"Perlu dirujuk dengan alasan perlu pertolongan lebih lanjut yaitu Intensive Care Unit (ICU). Dari informasi yang kami terima ICU di RSUD saat itu belum bisa melayani, sehinga butuh bantuan ICU di rumah sakit lain," katanya.

Pada saat itu, kata Markus, berdasarkan laporan yang diberikan dari hasil pemeriksaan di tempat, kondisi pasien sakit berat, sangat lemah, dan cenderung mengantuk," katanya.

Menurut Markus, dokter menyatakan ada pembengkakan di daerah leher Dianti. "Dan juga ada memar di daerah perut pasien dan di tungkai kiri sudah terpasang gips. Ada juga pembengkakan di daerah paha sebelah kanan," katanya.

Tekanan darah Dianti, menurut Markus, itu 90/60. "Nadi lemah tapi masih teraba," katanya.

Dianti, kemudian dibawa ke RS Mayapada didampingi pihak keluarga, manajemen GMF.

"Dipindah ke RS Mayapada. Ditransfer pakai ambulans didampingi dokter dan tim medis," katanya.

Selama perjalanan dari RSUD Tangerang menuju RS Mayapada, kondisi Dianti makin lemah. "Sekitar jam 6 lewat sedikit, ambulans sampai depan IGD," katanya.

Namun, ketika akan dipindahkan ke ranjang tiba-tiba Dianti berhenti napas.

"Kalau dalam istilah kedokteran dengan nadi yang melambat sehingga dokter melakukan tindakan bantuan," katanya.

Proses tindakan bantuan itu dilakukan kurang lebih sektiar 30 menit.

"Pasien sudah bisa dievakuasi ke ruang IGD, dan setelah 30 menit sekitar jam 06.43, dokter disaksikan kelaurga, dan perusahan yang mengantar, dan rumah sakit pasien dinyatakan meninggal dunia," katanya. (ugo/cnnindonesia)

Previous
Next Post »
0 Komentar