Eggi Sudjana Sebut Anies-Sandi Tak Mungkin Menang Tanpa Alumni 212

Eggi Sudjana menyebut pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tidak mungkin menang dalam Pilkada DKI Jakarta tanpa bantuan Alumni 212.

Alumni 212 merupakan sebutan bagi kelompok yang menggelar demonstrasi pada 2 Desember 2016 menuntut proses hukum Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) atas dugaan penistaan agama.

Sejumlah manuver yang dilakukan kelompok ini memang telah memberi banyak keuntungan bagi pasangan Anies-Sandi ketika itu. Contohnya saat mereka melakukan gerakan yang disebut “Tamasya Al-Maidah”, yakni mendatangi TPS di hari pencoblosan sebagai “pengamanan” suara dan langkah taktis lain.

Sedangkan mesin partai yang mengusung Anies-Sandi ketika itu, yaitu PKS dan Gerindra, menurut Eggi tidak banyak memberi kontribusi.

“Yang bantu dia cuma umat, partai-partai nggak bisa,” ujar Eggi.

Dan kini setelah Anies-Sandi menang, Eggi menginginkan Anies-Sandi terus mengingat jasa-jasa dan berhubungan baik dengan kelompok ini.

“Jangan seperti kacang lupa kulitnya… Jangan belagu pokoknya,” kata Eggi.

Ungkapan tersebut muncul karena kekecewaan Eggi atas tidak hadirnya Anies Baswedan dalam peringatan satu tahun “Aksi 411” di Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan, Sabtu (4/11) pagi kemarin, meskipun telah diundang secara resmi.

“Tidak ada kabar, gak bilang bisa apa nggak. Itu yang kami kecewa,” kata Eggi. 

Aksi 411 merupakan bagian dari rangkaian aksi menuntut polisi mempercepat penahanan Ahok. Selain Aksi 411, digelat juga Aksi Bela Islam Jilid I pada 14 Oktober 2016 dan Aksi 212 — yang kemudian melahirkan istilah Alumni 212 sebagai penanda bagi mereka yang pernah ikut berdemonstrasi.

Kendati demikian, Eggi menegaskan bahwa kelompoknya ikhlas mendukung Anies-Sandi, tanpa pamrih apapun.

“Tidak ada kontrak,” kata Eggi, yang secara tidak langsung merujuk ke kelompok buruh pendukung Anies-Sandi karena pasangan ini bersedia menandatangani kontrak politik.

“Kami dukung dia ikhlas. Kami melihat umat islam melawan non-muslim,” jelas Eggi.

Menurut Eggi, selain indikasi bahwa mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini mulai lupa jasa-jasa pendukungnya, juga jadi bukti bahwa dirinya tidak dihormati sebagai salah satu “kanda” di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). “Anies itu junior saya di HMI,” kata Eggi menegaskan.

Kekecewaan ini, menurut Eggi, harus diperhatikan betul. Sebab meski mengaku bahwa untuk saat ini Presidium 212 tetap mendukung Anies-Sandi sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, namun bukan tidak mungkin dukungan ini akan dicabut.

“Cuma mengingatkan saja. Tapi kalau dia mengulanginya lagi, barangkali bisa berubah (dukungan) kita. Makanya kami kasih peringatan,” kata Eggi. Eggi juga mengatakan bahwa sebaiknya ke depan tidak ada lagi kesulitan bagi Presidium 212 untuk berhubungan dengan Anies-Sandi.

Dihubungi terpisah, juru bicara Anies Baswedan, Naufal Firman Yursak, enggan menjawab soal ancaman pencabutan dukungan ini. Naufal juga enggan menanggapi relasi Anies-Sandi dengan Presidium 212. Ia hanya mengatakan bahwa Anies tidak datang karena memang tidak tahu.

“Tidak dapat pemberitahuan. [Undangan yang masuk] bukan 411,” kata Naufal, sambil melampirkan undangan lain di jam dan hari yang sama dengan peringatan satu tahun aksi 411.

Di luar konteks pengundangan dan ketidakhadiran Anies, pernyataan Eggi ini kontradiktif dengan semua alasan yang sempat dilontarkan pimpinan-pimpinan demonstran yang sibuk berkilah bahwa aksi hingga berjilid-jilid itu sama sekali tidak berkaitan dengan Pilkada DKI.

Munarman, juru bicara GNPF MUI yang juga juru bicara Front Pembela Islam (FPI) misalnya, mengatakan kepada Tirto pada awal September tahun lalu bahwa “aksi ini [411] tidak ada kaitannya dengan Pilkada (DKI Jakarta).” Sementara Aa Gym, ulama yang ikut berdemo, dalam sebuah forum kajian, menyatakan bahwa aksi yang dilakukannya benar-benar digerakkan oleh hati nurani. Pemilik pesantren Daarut Tauhiid ini membantah ada pendanaan dari pihak-pihak tertentu.

Joko Widodo, Prabowo Subianto, dan SBY merupakan “tokoh besar” di balik tiga pasangan kontestan peserta Pilkada DKI Jakarta. Jokowi di belakang pasangan Ahok-Djarot Syaiful Hidayat yang didukung PDI Perjuangan, Prabowo di belakang Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang didukung Gerindra, serta pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang didukung SBY.

Tirto id
Previous
Next Post »
0 Komentar