pandangan generasi millenial arti nasionalisme

Ilustrasi Pancasila. ©2016 Merdeka.com


Kredibel Times - Generasi millenial dikatakan sebagai generasi baru abad ini. Mereka bisa dibilang berbeda dengan generasi sebelumnya. Banyak perubahan baru yang mereka buat. Dan perubahan tersebut semakin berkembang dan terus berkembang.

Tapi di balik perubahan yang terjadi, bagaimana keadaan Indonesia saat generasi milenial semakin berkembang? Apakah masih ada rasa nasionalisme dalam hati dan pikiran mereka? Lalu apakah mereka bisa menjalankan Pancasila?

Menurut peneliti Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI Ibnu Nadzir Daraini, generasi sekarang mendefinisikan nasionalisme lebih pada hal-hal nyata. Serta hal-hal kecil yang bisa dilakukan di lingkungan masing-masing.

"Artinya nasionalisme saya kira lebih bisa didefinisikan lebih pada tindakan-tindakan nyata," kata Ibnu Nadzir dalam diskusi di kantor Populi Center Jalan Letjen S. Parman, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (20/9).

Menurut dia, jika berbicara Pancasila dan generasi millenial, Pancasila butuh pondasi pengakaran yang baru dalam nasionalisme baru. Menurutnya, perubahan tersebut bisa diungkapkan melalui bahasa yang mudah dimengerti.

"Saya kira iya. Karena pada bagaimanapun juga Pancasila adalah dasar negara kita. Tapi kemudian bahasa mungkin yang akan digunakan, mungkin pakai bahasa yang relevan saat itu juga. Untuk generasi sekarang mungkin (bahasa saat ini) tidak terlalu relevan atau abstrak. Orang ketika bicara Pancasila jadi tidak tahu apa kaitannya dalam kehidupan kita sehari-hari," kata Ibnu.

Ibnu juga mengatakan, bahwa perubahan nasionalisme baru ini tidak akan memengaruhi sosiologis, hukum, dan filosofis dari Pancasila dengan fondasi nasionalisme lama.

"Saya kira enggak, karena ketika pendiri bangsa kita mencoba mendirikan Pancasila, ada naluri kosmopolitanya. Dalam arti karena selalu membayangkan Indonesia sebagai bagian dari warga dunia. Jadi tidak pernah dalam arti Indonesia negara sempit. Kita bangga sebagai warga negara Indonesia sendiri. Jadi saya kira tidak akan hilang hal itu." katanya.

Selain rasa nasionalisme, teknologi juga turut mempengaruhi tingkah generasi millenial. Sehingga jangan heran jika kita sering melihat anak muda, pemuda atau remaja sering sekali membuka sosial media milik mereka. Bahkan, mereka memiliki banyak media sosial di ponsel.

"Informasi yang unik, yang menarik. Dengan begitu, mereka akan terus-menerus membuka aplikasi sosial media mereka. Dan ini bisa membuat ketagihan," pungkasnya. [gil]

Merdeka.com
Previous
Next Post »
0 Komentar